Produksi Beras Tiruan PP Al Ishlah, Beras Sehat Berbahan Lokal

MEMOPOS.co.id,Jember - Hingga kini, Indonesia menduduki peringkat 3 besar untuk penyakit kronis dunia, diantaranya diabetes, stroke dan gagal ginjal. Berdasarkan sumber data di WHO, penyebab penyakit kronis tersebut adalah budaya konsumsi nasi putih yang diduga mengandung karbohidrat disertai dengan cemaran kimia sintetis (aflatoksin, pemutih, pengharum dan pengawet) dan bahkan beberapa tahun yang lalu, banyak beredar isu beras yang mengandung plastik atau mengandung bahan berbahaya. BPOM Surabaya menjelaskan bahwa beras merupakan bahan pokok yang tidak dimasukkan dalam daftar BPOM, sehingga peredaran dan kasus yang terkait, tidak dapat terpantau BPOM, kecuali klaim beras untuk kesehatan. Pola konsumsi beras dengan indeks glikemiknya tergolong tinggi (73 – 75) menyebabkan Indonesia saat ini masuk dalam lima besar negara dengan penderita diabetes tertinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat penderita diabetes tidak hanya dialami oleh masyarakat golongan usia tua, namun juga tidak jarang dialami oleh kaum muda usia produktif.
Terobosan yang dilakukan untuk alternatif solusi diatas adalah dengan pemanfaatan jagung dan bahan lokal yang tersedia dalam jumlah melimpah sebagai bahan baku beras dengan bentuk dan struktur yang mirip dengan beras natif (asli), sehingga selain produk tersebut terjangkau (harga lebih murah dibanding beras asli) dan memiliki keunggulan disisi serat serta senyawa penting yang dibutuhkan tubuh, juga priskologis proses pemasakannya sama halnya dengan pemasakan nasi pada umumnya.
Beras tersebut dihasilkan oleh Al Ishlah dengan intervensi tim pengabdian dari Politeknik Negeri Jember menggunakan formulasi tertentu yang berasal dari jagung serta mocaf yang difermentasi dengan bakteri yang masih dalam proses pengajuan draft patennya. “Dengan proses pemasakan yang sama dengan nasi pada umumnya, masyarakat tidak akan merasa nasi tersebut adalah nasi dari beras tiruan. Kenyal dan tidak lembek” ujar Warsito (salah satu anggota tim pengabdian).Kegiatan intervensi pengabdian tersebut dilakukan selama 3 bulan efektif, dalam bentuk implementasi kegiatan secara bertagap.
Saat ini alat ekstruder ulir tunggal yang ditempatkan di PP Al Ishlah telah menghasilkan beras dengan kapasitas cukup memadai (5 kg per jam) dan dengan ruangan khusus untuk perbanyakan bakteri. “Harapannya, kebijakan one day no rice di Kabupaten Jember akan terwujud dan digantikan dengan penggunaan nasi dari beras tiruan yang selain murah, enak dan tentu juga menyehatkan” imbuh Warsito. Adapun hasil mutu produk dan bahkan berikut pengujian ke hewan uji telah dilakukan dan memberikan hasil berupa penurunan gula darah rata – rata sebesar 17,5% dan penurunan kolesterol rata – rata sebesar 13% (hasil riset mahasiswa D4 Gizi Klinik Politeknik Negeri Jember), Hasil produksi beras tiruan bahkan terundang secara khusus di agenda Harteknas 2023 di Jakarta beberapa waktu yang lalu dan mendapat sambutan serta perhatian dari Dirjen Diksi Kemendibud Ristek
Saat ini kegiatan pemasaran beras tiruan masih cukup terkendala dengan mindset konsumen bahwa beras harus bewarna putih, sehingga perlu pendampingan secara masif. Awal tahun 2024, diharapkan, melalui inisiasi kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember serta pendampingan khusus dari dinas terkait, produk Beras Tiuan PP Al Ishlah sudah dapat ditemukan di toko atau pasar komersial setempat sebagai produk unggulan Kabupaten Jember.
Heri Warsito
Yossi Wibisono
Syaiful Bahri
Dosen Teknologi Rekayasa Pangan Politeknik Negeri Jember



