Menyambut HUT TNI Ke 74,Panglima Perang Dipecat, Padahal Tidak Berbuat Kesalahan

https://www.memopos.co.id/2019/10/menyambut-hut-tni-ke-74panglima-perang.html
Dosen Senior UMMAT Dr.M.Ali.M.Si
MEMOPOS.com, Mataram-Dosen Universiras Muhammadiyah Mataram (UMMAT) Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr.Muhammad Ali,M.Si. tengah memberikan motivasi kepada mahasiswa/mahaswi nya menyatakan "Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan namanya Jenderal Khalid Bin Walid sebagai salah satu Panglima perang yang hebat,piawai mengatur strategi,bijak dalam mengambil keputusan dan dikenal pemberani, tidak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang." sebutnya
Demikian dikatakan Dr.Muhammad Ali.M.Si dalam rangka menyambut hari jadi HUT TNI Ke 74 pada tanggal 5 Oktober 2019 kepada sejumlah mahasiswa/mahasiswi UMMAT Sabtu (5/10/19) di Mataram.
Dosen senior itu menjelaskan "Jenderal Khalid pada jamannya dikenal sebagai seorang pemberani tapi bijak dan rendah hati. Semua orang memujinya dan mengelu- elukan karena begitu hebatnya sang Jenderal. Kemana saja Sang Jenderal pergi selalu disambut dengan teriakan hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Pedang Allah yang Terhunus. Itulah Gelar Sang jenderal yang diberikan langsung oleh Nabi Muhamad Rasulullah SAW menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus." tegas Doktor Muhammad Ali M.Si.yang santun itu.
Dalam suatu peperangan yang luar biasa dahsatnya itu "Jenderal Khalid dapat mengalahkan pasukan tentara Byzantium yang berjumlah pasukan 240.000 tentara. Sementara pasukan muslim yang dipimpin Jenderal Khalid hanya berjumlah 46.000 orang. Tetapi dengan kayakinannya bahwa Allah SWT beserta kita,maka pasukan musuh kalah dalam peperangan yang bersejarah itu. Itulah Khalid bin Walid Sang Jenderal yang rendah hati itu tidak gentar menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.
Jenderal Khalid bin Walid dikenal sebagai seorang Jenderal yang santun penuh kesabaran dan sangat ahli di bidangnya; penuh siasat perang, mahir menggunakan segala senjata, piawai dalam berkuda, dan di tengah prajurit nya selalu memberi motivasi kepada pasukannya. Sang Jenderal selalu memikirkan keselamatan pasukan yang dipimpinnya, Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.
Yang menarik di saat Jenderal Khalid sedang berada di garis terdepan, memimpin pasukan nya;tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap Khalifah "tegasnya.
Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikir kan terkait pemecatannya. Kesalahan apa gerangan yang telah dilakukannya?. Sebagai prajurit sejati, taat pada atasan, sang Jenderak segera datang menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan tongkat komando perang kepada penggantinya.
Sesampai dihadapan Umar sang Jenderal yang dikenal pemberani itu memberikan salam, "Assalamualaikum Amirul mukminin.di jawab Khalifah Waalaikum Salam. Maka terjadilah dialog singkat Sang Jenderal dengan Khalifah Apa benar saya di pecat? Khalifah yang penuh Kharismatik itu menjawab benar Anda dipecat. Masalah dipecat itu hak Khalifah sebagai pemimpin. Tapi, apa kesalahan saya mohon dijelas kan. Jenderal kamu tidak punya kesalahan.Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?" Dijawab Khalifah"Pada zaman ini Jenderal kamu adalah panglima terbaik. Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab yang hebat itu menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah kalah. Jasamu tiada tara .Setiap hari Masyarakat dan prajuritmu selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkanmu.Tapi, ingat Jenderal, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji, bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah SWT sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''ungkap Doktor M.Ali.M.Si yang dikenal dekat dengan masyarakat itu.
''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!" Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar sembar Jenderali menangis mengucapkan Terima kasih kepada Khalifah.
Bayangkan saja sang Jenderal yang sudah dipecat masih saja sempat mengucapkan terima kasih, padahal sang Jenderal tidak berbuat kesalahan apapun. Adakah pejabat penting saat ini yang mampu berlaku mulia seperti itu?
Yang banyak terjadi justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian, mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.
Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'kegagalan' atau terhambat dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalah kan, semua digugat.
Yang menarik adalah sang Jenderal Khalid bin Walid yang gagah perkasa itu.Setelah dipecat sebagai Panglima Perang ternyata Khalid Bin Walid balik pergi lagi ke medan perang. Tetapi, tidak lagi sebagai panglima perang Khalid bertempur sebagai prajurit biasa,.
Diantara mantan anak buahnya ada yang bertanya.kenapa Jenderal masih mau berperang padahal anda telah di pecat?
Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah.Sejumlah prajurit terheran- heran melihat mantan panglima yang gagah berani itu masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat." Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah SWT." tegasnya. (Taqwa).



