Merajut Harmoni Dalam Keberagamaan

https://www.memopos.co.id/2019/06/merajut-harmoni-dalam-keberagamaan.html
MEMOPOS.com, Malang-Dalam ilmu psikologi sosial, para ilmuwan percaya bahwa manusia adalah individu yang tidak hanya memiliki identitas personal, tapi juga identitas sosial. Identitas personal adalah struktur fisik dan fitur kepribadian yang kita miliki sebagai seorang individu. Identitas personal menjelaskan siapa kita dengan segala keunikan individualnya sebagai seorang manusia. Dan Identitas sosial menjelaskan identitas kita sebagai bagian dari kelompok sosialnya.
Penjelasan tentang konsep identitas personal dan identitas sosial ini relevan untuk menjelaskan konteks permaafan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam peristiwa khusus seperti Idul Fitri. Dalam konteks sehari-hari, meminta maaf dan memberi maaf atas suatu kesalahan merupakan hal yang cenderung lebih sulit dilakukan karena ia merupakan hasil evaluasi atas reaksi psikologis atas yang ia rasakan dan berkaitan erat dengan harga diri.
Bersilaturahmi dan saling memaafkan pada Hari Raya Idul Fitri dan setelahnya yang populer dengan Halal Bi Halal juga dilakukan oleh Himpunan Psikologi Indonesia Malang yang di selenggarakan di Caffe Robusta Tlogomas Kota Malang sabtu 29 Juni 2019. Selain acara perkenalan sesama anggota dan weluruf Dekan Fakultas Psikologi di Malang, acara diisi dengan dialog dengan tema Harmoni Keberagamaan narasumber KH. Abdullah Syam, S.Psi, M.Si terkenal Kiyai Mbeling pendiri dan pengasuh pesantren rakyat. Nara sumber lainnya Zakaija Achmat, S.Psi, M.Psi Dosen Psikologi UMM
KH. Abdullah Syam berbicara mengenai penyebab kondisi sosial masyarakat pasca pemilu dari aspek agama dan psikologi.
"Kebanyakan orang beragama hanya sejengkal, tidak mengimplementasikan maknanya seperti sholat tanpa berusaha memahami bacaan dan menerapkannya pada kehidupan". Puncak keberagamaan sebenarnya adalah kesahalehan sosial, bukan sholat, puasa, naik haji, dll. Seperti pada pilpres lalu diperlukan manajemen emosi agar orang tidak mudah saling menghakimi dan saling memaafkan, imbuhnya
Sementara itu Zakarija Achmat Membahas penyebab kondisi sosial masyarakat pasca pemilu dari aspek psikologis sosial dan politik. "Dalam pilpres lalu banyak masyarakat yang merasa mengenal orang lain secara berlebihan. Keberagaman menunjukkan identitas. Dari sini banyak terjadi politik identitas yg dimanfaatkan sebagian orang untuk membentuk identitas 01 dan 02. Yang membahayakan adalah individu yang merasa dia bagian identitas tersebut dan akhirnya melupakan identitas pribadinya.
kesamaan identitas sosial dengan orang-orang yang membuat kita tersinggung akan membantu kita meminta dan memberikan permaafan dan melakukan rekonsiliasi. Momen Idul Fitri dan halal bi halal membuat kita meminta dan memberi maaf kepada sesama umat Islam lainnya sebagai saudara seiman juga harus memaafkan umat lain sekalipun tak seiman.
Jadi kita tidak boleh melupakan bahwa sebenarnya kita juga memiliki kesamaan identitas sosial dengan umat agama lain. Kita sama satu bangsa, bangsa Indonesia. Bahkan di atas semuanya itu, kita hakikatnya adalah insan yang sama-sama mendambakan perdamaian dan kebahagiaan untuk semua makhluk di bumi. Kesadaran ini mestinya bisa membawa kita untuk memiliki hati yang pemaaf dalam kehidupan keseharian. Yudi/Ririn (Rose)