Hadi Setiawan Guru Asal Paleran Tiap Hari Tempuh Jarak 108 Km


MEMOPOS.co,id,Jember - Butuh kekuatan fisik luarbiasa menjadi seorang guru ditempatkan jauh dari rumah, seperti dirasakan oleh Hadi Setiawan, SPd, guru asal Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, Jember.
Hadi sendiri kini bertugas di SD Negeri Sukowono 02 semenjak tahun 2022 atau tiga tahun lalu.Setiap pagi usai sholat Subuh, Hadi pun sudah bersiap diri untuk berangkat kerja mengajar.
Jarak antara Paleran menuju Sukowono memang tidaklah dekat sekitar 54 Km.Dalam diri Hadi, sebagai guru dia siap ditempatkan dimana saja.Persoalan jarak selama ini tidak terlampau Hadi pikirkan, terpenting bisa mengajar.
"Sehari sekitar 108 Km dari Umbulsari menuju ke Sukowono bolak-balik, setelah aku diterima jadi P3K tahun 2022 lalu.Walau jauh harus dijalani, capek hilang ketika ketemu anak didik."ucap Hadi kepada Memo Pos.
Alumni Universitas Terbuka (UT) Jember jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) itu menceritakan awal mula tertarik kenapa ia tertarik menjadi seorang guru?, karena lelaki itu suka sekali kepada anak-anak.
"Dunia anak-anak sangat aku sukai, dari situlah kita bisa belajar semua hal.Berkat dorongan istri, kuliah lagi dan memang sebelum itu pernah kuliah dan tidak selesai karena keterbatasan keuangan."tegas Hadi.
Dari Paleran ke Sukowono, ditempuh oleh pria pandai menari itu tak lebih dari satu jam.Dikarenakan saat dia berangkat mengendarai kendaraan roda dua, kondisi jalanan masih terbilang sepi.
Suami dari Sri Windayati itu merasa sedih saat hujan deras, apalagi ketika lelaki kelahiran 12 September 1982 hendak menunaikan tugas namun hal itu bukan halangan dan bagian dari suka-duka berprofesi sebagai guru.
"Hujan bukan berarti tidak ke sekolah, tetap mengajar karena sudah menjadi tanggung jawab sebagai guru.Untung kepala sekolah memaklumi, jika aku sedikit terlambat karena rumah jauh."tegas dia.
Hadi termasuk guru disiplin, pulang pun menunggu waktu mengajar selesai sekitar pukul 14.00.Sekitar pukul 16.00, Hadi baru tiba kembali di rumah.Terkadang baru biss kumpul keluarga sehabis Maghrib.
Diakui oleh Hadi, persoalan bahasa daerah menjadi sandungan komunikasi saat berkomunikasi dengan murid.Murid seringkali memakai bahasa Madura, sedang Hadi berbahasa Jawa.
"Pertama mengajar di Sukowono, aku kesulitan bahasa.Namun hal itu tidak membuatku putus asa, untung aku mau belajar bahasa Madura dan sekarang bisa sedikit-sedikit alias belum lancar."lanjut Hadi.
Lelaki memiliki selera humor tinggi itu tidak pernah mengeluh saat bertugas di Kecamatan Sukowono.Namun bila ada peluang untuk tugas mendekati rumah, dia merasa senang tapi tidak terlampau berharap.(*)
Reporter:Winardyasto HariKirono