Program Gema Mbako : Bertujuan Untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Istimewa |
Kabupaten Blora, sebagai salah satu daerah dengan populasi ternak sapi terbesar di Jawa Tengah tentunya menghasilkan banyak limbah peternakan. Limbah ini jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan dan berpotensi menimbulkan penyakit. Selain itu, ketergantungan petani pada pupuk kimia juga menjadi masalah serius karena harganya yang terus naik dan dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Gema Mbako hadir sebagai solusi inovatif untuk mengatasi kedua masalah tersebut. Program ini mendorong masyarakat untuk mengolah limbah peternakan menjadi pupuk kompos yang berkualitas. Melalui pelatihan dan sosialisasi, diharapkan petani dapat memproduksi pupuk kompos sendiri sehingga mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kesuburan tanah.
"Langkah inovasi yang masif inilah yang kami harapkan dapat turut dilakukan oleh semua komponen masyarakat kabupaten Blora dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Kabupaten Blora di bidang pertanian," ucap Bupati Arief saat membuka launching Gerakan Pemanfaatan Limbah Untuk Kompos di Balai Desa Sarimulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora.
Launching Gema Mbako ini diikuti oleh 271 Desa di Kabupaten Blora secara daring. Hal ini menandai dimulainya gerakan besar-besaran mengubah pola pikir masyarakat dari membuang limbah menjadi memanfaatkannya.
"Dengan Gema Mbako, kita tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani," Tandas Bupati Arief.
Dengan adanya Gema Mbako, diharapkan pertanian di Blora dapat semakin berkelanjutan dan produktif. Pemerintah Kabupaten Blora berkomitmen untuk terus mendukung program ini dan mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan.
"Kami optimistis Gema Mbako akan berhasil mengubah pola pikir masyarakat tentang pengelolaan limbah peternakan. Dengan dukungan semua pihak, kita dapat mewujudkan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Kabupaten Blora," lanjutnya.
Untuk diketahui, Gerakan Gema Mbako ini secara operasional menggunakan Dana Desa Tahun Anggaran 2024. Hal itu sesuai perintah Permendesa PDTT nomor 7 tahun 2023 tentang dukungan terhadap program ketahanan pangan dan hewani. Adapun Kegiatan inti dari program ini nantinya meliputi pelatihan pembuatan pupuk kompos, pembuatan bank kompos, serta sosialisasi kepada masyarakat.
(Ardy)