"Tindakan Strategis Polije: Meningkatkan Sistem Budidaya dan Ketersediaan Benih Kantang Sebagai Komoditas Hortikultura Unggulan Kabupaten Bondowoso"

MEMOPOS.co.id,Bondowoso - Kentang, sebagai salah satu sumber karbohidrat utama, telah menjadi pilar makanan di berbagai negara termasuk Indonesia. Kebutuhan akan kentang dari tahun 2015 hingga 2020 mengalami kenaikan signifikan dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 1.09%. Fenomena ini diperkuat lagi di era pasca pandemi Covid-19, dimana masyarakat semakin menyadari pentingnya asupan makanan untuk memperkuat sistem kekebalan dan stamina tubuh. Bahkan, industri pengolahan kentang membutuhkan pasokan bahan baku yang mencapai 100 ton per hari. Hal ini membuka peluang emas bagi para petani untuk menyediakan bahan baku segar bagi industri kentang. Sayangnya, hingga saat ini, potensi besar ini belum sepenuhnya dapat terpenuhi karena produksi kentang di dalam negeri masih bersifat fluktuatif dengan produktivitas yang masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil dari setiap varietas.
Tingkat produktivitas kentang yang rendah secara nasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang tinggi. Salah satunya adalah serangan Nematoda Sista Kentang (NSK) dan penyakit hawar daun yang disebabkan oleh cendawan pathogen Phytophthora infestans. Kedua masalah ini menyebabkan kerugian produksi yang signifikan, bahkan dapat mencapai 98,6%. Kabupaten Bondowoso, sebagai salah satu daerah di Jawa Timur, memiliki potensi pertanian kentang yang cukup besar. Dengan tanah yang subur dan iklim yang mendukung, para petani di Desa Sempol, Kecamatan Ijen, telah aktif dalam budidaya kentang sejak tahun 2000. Kini, mereka membentuk satu Gapoktan yang fokus pada budidaya kentang. Wilayah kemitraan mereka meliputi beberapa desa, termasuk Curah Macan, Lerpenang, Curah Luar, Krepean, Kalianyar, dan Kampung Baru.
Pemerintah setempat juga mendorong para petani kentang untuk menjadi penangkar bibit. Di Sana, sudah ada sekitar 24 varietas yang telah dilepas, namun petani cenderung lebih memilih varietas Granola dan Atlantic karena tingginya minat konsumen terhadap keduanya.
Meskipun bibit kentang dari Bondowoso telah diminati hingga ke luar provinsi, produksi bibit yang dihasilkan oleh para penangkar masih membutuhkan optimalisasi. Rata-rata produksi bibit kentang saat ini hanya mencapai 10 ton per hektar. Oleh karena itu, Politeknik Negeri Jember (Polije) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi (DAPTV) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Program Pemberdayaan
Kemitraan Masyarakat Tahun 2023 dengan Ketua Rudi Wardana S.Pd, M.Si, Nurwayuningsih S.TP., M.Si, dan Huda Oktafa S.TP, MP turut serta dalam upaya meningkatkan sistem budidaya dan ketersediaan benih kentang sebagai komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Bondowoso.



