Mahasiswa KKN Bersama Warga Curahtakir Lakukan Reboisasi Agar Banjir Tak Terulang Lagi

Agar banjir tak lagi menerjang Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo, Jember, mahasiswa KKN UIN KHAS Jember Posko 9 bersama warga setempat mengadakan reboisasi atau penghijauan kembali
MEMOPOS.co,id,Jember - Antisipasi banjir dilakukan oleh mahasiswa Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember bersama warga Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.Sabtu (15/02/25) lalu.
Para mahasiswa melaksanakan gerakan reboisasi sebagai antisipasi dampak banjir terjadi di kawasan itu pada akhir Desember 2024. Gerakan penghijauan kembali di daerah dialiri atau terdampak banjir dan saat itu diakui memang intensitas hujan cukup tinggi.
Hal tersebut sebagai wujud kepedulian warga bersama mahasiswa, kebetulan sedang melaksanakan KKN berbasis Participatory Action Research (PAR).Puluhan pohon dari beragam jenis ditanam di lahan Desa Curahtakir.
Sebelum melakukan aksi bersama, Bonari Untung, Kepala Desa Curahtakir dan Wasilah, Ketua Posko 9 mengadakan pertemuan bersama mahasiswa mengenai titik-titik prioritas untuk ditanami.Dari penghijauan tersebut, kelak bisa dimanfaatkan warga.
Sebagaimana diberitakan Memopos.co.id (23/01/25), sekitar 15 mahasiswa kampus tersebut dari beragam program studi memiliki kepedulian terhadap dampak banjir di Curahtakir.Selama pelaksanaan KKN 10 Januari-17 Februari 2025, beragam problematika perlu dipecahkan bersama.
Seperti, pemberitaan bahwa catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember tercatat 1.573 keluarga (5,230 jiwa) di Tempurejo dan 67 keluarga (268 jiwa) di Wuluhan terdampak banjir terjadi pada Minggu (22/12/2024).Banjir disertai angin melanda enam desa di Tempurejo.
Antara lain di Sanenrejo, Wonoasri, Curahnongko, Curahtakir, Andongrejo, dan Sidodadi.Sebuah rumah milik Subai di Curahtakir roboh.Total ada 26 bayi, 124 balita, 321 orang lanjut usia, 39 orang ibu hamil, dan dua orang difabel terdampak banjir.
Terkait hal itu, Kun Wazis Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN UIN KHAS Jember, angkat bicara, aksi bersama warga dan mahasiswa dilakukan setelah para mahasiswa mendengar suara dari warga mengenai antisipasi dampak banjir dilakukan.
“Berdasarkan catatan lapangan (fieldnote) dan pohon masalah, dampak banjir membutuhkan antisipasi, baik dengan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang."ucap Kun, panggilan akrab dosen tersebut.Reboisasi ini bersifat jangka panjang.
Mengingat pertumbuhan pohon membutuhkan waktu lama.Selain itu, dosen komunikasi massa Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember ini menjelaskan, bahwa kata kunci dalam KKN PAR ini adalah kesadaran warga dalam menghadapi masalah dampak banjir.
Selain gerakan reboisasi, perlu dilakukan pelebaran sistem drainase desa, pengerukan sungai, dan antisipasi penebangan liar dan memicu kerusakan.“Dengan waktu kurang lebih dua bulan ini, aksi bersama penghijauan ini akan dirasakan oleh warga desa,”ungkap pria tersebut.
Kun sendiri pernah menjadi jurnalis alias wartawan mengutarakan secara gamblang, KKN PAR di Curahtakir ini menggunakan Strategi KHAS, tak lain adalah Kolaborasi, Harmoni, Adaptasi, dan Sinergi.
Ia lantas menguraikan, Kolaborasi diprioritaskan pada kegiatan diskusi diantara mahasiswa dari beragam prodi dalam mendesain kegiatan selama KKN. Harmoni ditempuh agar program ditetapkan oleh Posko 9 ini mampu membangun kekuatan kekompakan diantara mahasiswa
Agar program menjadi kesepakatan/komitmen bersama, meskipun ada beragam perbedaan pendapat.Adaptasi merupakan wujud keberpihakan mahasiswa kepada kearifan lokal warga Desa Curahtakir, sehingga program berjalan merupakan wujud aspirasi warga desa.
Sedangkan Sinergi merupakan perpaduan antara aspirasi warga dengan pandangan akademik mahasiswa.Dengan Strategi KHAS ini, terjalin manfaat bersama, antara kearifan lokal warga dalam menghadapi masalah dengan nalar intelektual mahasiswa.
"Dimana mahasiswa memiliki keberpihakan dalam pemberdayaan masyarakat melalu pengabdian ini.Dengan relasi warga dan mahasiswa, tercipta kekuatan semakin memberdayakan,”imbuh dosen asal Pacitan dan gemar menulis buku itu.(*)
Reporter :Winadyasto HariKirono