Pungutan PPDB MAN 4 Siliragung Mencekik Membuat Wali Murid Menjerit

MEMOPOS.co.id,Banyuwangi -;Persoalan masalah pendidikan dengan biaya gratis,merupakan hal yang sampai sekarang masih menjadi persoalan yang sangat serius.Biaya gratis adalah sebuah program pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan untuk kemajuan suatu bangsa dalam mengentaskan kemiskinan.Hal ini dibuktikan Pemerintah melahirkan UU No 20 tahun 2003.
Namun demikian,UU tersebut masih banyak pihak sekolah yang mengindahkanya.Hal ini terjadi di MAN 4 (Madrasah Aliyah Negeri) Siliragung.Melakukan penarikan sejumlah uang terhadap penerimaan peserta didik baru (PPDB)yang dibebankan kepada wali murid hingga sampai Rp 4.563.000 juta per orang.
Ditemui MEMOPOS dirumahnya salah satu orang wali murid MAN 4 Desa Kesilir menuturkan, saat pendaftaran ulang diminta Rp 1,020 juta.Uang itu untuk kebutuhan seragam sekolah, topi, ikat pinggang, dan lainnya.
Pria paruh baya itu menyebut, selain biaya daftar ulang, dia juga dimintai biaya dana jariyah.Tiap siswa Rp 1.000.000,00 (satu juta ribu rupiah),dan biaya beli buku Rp 268.000 (dua ratus enam puluh delapan ribu rupiah)Dan semua tarikan tersebut dengan jumlah total Rp 4.563.000 (empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu rupiah),”Ungkap wali kelas yang tidak mau disebutkan namanya itu Minggu,(26/3/2023).
Menurutnya,biaya yang dibebankan kepada peserta didik tidak ada masalah bagi siswa yang mampu.Namun bagi siswa dari keluarga yang kurang mampu sangat memberatkan sekali khususnya kami ini mas.Biaya sebesar itu kami nilai terlalu berlebihan dan tidak masuk akal, dan sangat memberatkan wali murid,” Keluhnya.
Dia berharap, biaya yang dibebankan terhadap setiap siswa tidak terlalu mahal. Dengan demikian, tidak membebankan kepada wali siswa yang kurang mampu seperti saya ini. ”Kami harap sekolah lebih bijak lagi," Harapnya.
Dikonfirmasi Media ini Imam Safi'i Kepala MAN 4 Siliragung melalui Muat yang mengaku sebagai kepala humas berada dikantornya terkesan menutupi perihal tersebut.Dimintai ingin bertemu Kepsek dan Kepala Komite - pun yang bersangkutan juga tidak berkenan.
"Kami ini cuma pegawai bawahan lo mas,perintahnya memang seperti itu apalagi memberikan nomor teleponnya saya tidak berani,karena itu nomor hp privasi seseorang sekali lagi kami tidak berani memberikan seraya sambil menyodorkan buku tamu dan memberikan amplob putih walau langsung ditolak oleh jurnalis ini,"Jelas Muat berada di kantornya Selasa,(21/3/2023)lalu.
Sedangkan Siswoyo selaku Kepala komite dihubungi melalui telepon selulernya tidak mau angkat dan membalasnya,bahkan hingga Media ini mendatangi rumahnya dua kali yang bersangkutan selalu tidak berada ditempat.Hal ini disampaikan istri Siswoyo dirumahnya Dusun Krajan,Desa Seneporejo,Kecamatan Siliragung Minggu,26/3/2023).